8

[FanFiction] Red Bite – Chapter 3

Author :: RottenApril

 

Genre :: Yaoi, Incest, Angst

 

Rate :: M

 

Cast :: Jung YunHo, Kim JaeJoong, Choi SiWon, Shim ChangMin

 

Pairing :: YunJae, JaeWon

 

Disclaimer :: Only Own The Plot, The Character Belong To ThemSelves

 

Warning :: Mature Content! [For Sex Scene And Incest Plot]

[Chapter 3]

 

Pandangan YunHo terhadap Soo Jin tak pernah sama lagi sejak saat itu.

 

 

Semenjak ia menyadari bahwa dirinya terlalu aneh untuk membuat patokan standar terhadap tipe idealnya, YunHo berusaha mati-matian menyangkal orientasi seksualnya. Ia bukan gay! Sosok wanita masih menarik minatnya, walau jujur saja ia tidak terlalu ahli dalam masalah percintaan atau apapun yang menyangkut pemahaman tentang makhluk lemah lembut itu. Lantas, mengapa sekarang YunHo mencari-cari sosok JaeJoong dalam diri Soo Jin?

 

 

Disela-sela materi perkuliahan Endokrin yang diikutinya, YunHo mencoba menuliskan kebingungannya dalam notes kecilnya.

 

 

Karena dia terlalu cantik melebihi perempuan.

 

 

Ah, mungkin itu alasan yang paling mendasar. Masuk akal, batin YunHo.

 

 

Terlalu lembut, rapuh, dan anggun. Benar-benar feminim.

 

 

Itu juga bisa, batinnya lagi.

 

 

Aku suka masakannya. Jarang sekali ada pria yang bisa memasak dan mengurus rumah seperti JaeJoong-umma.

 

 

Benar. Perempuan-perempuan zaman sekarang saja langka sekali ada yang bisa memasak sepertinya.Entah sejak kapan YunHo malah jadi memuji-muji JaeJoong.

 

 

Tapi dia Cerewet.

 

 

Cerewetnya bahkan melebihi umma-ku sendiri. Tsk. Kali ini YunHo sedikit tertawa geli.

 

 

Manja sekali pada Siwon-appa. Gampang merajuk dan kekanak-kanakkan.

 

 

Hahaha, benar sekali. Tapi bukankah itu cu….te?

 

 

……..

 

 

Tak lama, YunHo menutup notesnya dan memusatkan lagi perhatiannya pada perkuliahan siang itu.

 

 

Kenyataan itu lambat laum mengubah YunHo. Tak dirasakannya lagi antusiasme saat dirinya dan Soo Jin berkencan. Pelukannya pada gadis itu, genggaman tangan mereka, bahkan ciuman-ciuman lembut yang biasa dilayangkannya kini tak ada artinya. Apa itu artinya YunHo tak mencintai Soo Jin lagi? Justru kebalikannya. YunHo merasa tak nyaman karena kini bayang-bayang JaeJoong jadi sering menghantuinya, –terutama ketika ia tengah bersama Soo Jin–. Pengandaian-pengandaian gila seperti apakah seperti ini rasanya mendekap JaeJoong dalam pelukannya atau apakah ciumannya dengan Soo Jin sehebat ciumannya dengan JaeJoong sungguh membuatnya jatuh kian dalam.

 

 

Dan Soo Jin cukup pintar hingga dengan cepat ia bisa menyadari sikap aneh YunHo. Ia bersikap bijak, dengan menunggu tanpa bertanya apa-apa hingga YunHo-nya dapat kembali seperti dulu. Tapi terkadang sekedar kebijakan bisa juga tak bisa menyelesaikan apa-apa. Dan kepasifannya itu harus dibayar mahal oleh Soo Jin. YunHo dan dirinya berpisah di bulan keempat masa pacaran mereka. Pria itu memutuskannya dengan pengakuan bahwa ia tak tahan lagi menghadapi kegilaan dalam dirinya sendiri. Dari situ, Soo Jin mengetahui kalau selama ia tak bertindak apa-apa, YunHo telah pergi begitu jauh hingga tak bisa ia tangkap lagi.

 

 

Selepas perpisahan mereka, YunHo mencoba mempertahankan kewarasannya dengan mengencani gadis lain, yang kali ini benar-benar tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan JaeJoong. Go Ara, –nama gadis itu—adalah junior YunHo yang memang selama ini terang-terangan mengejar cintanya. Meskipun dia tak kalah cantik dari Soo Jin, tapi perhatiannya yang berlebihan terhadap YunHo perlahan mulai membuat pemuda ini jengah. Ara selalu mengurusi segala urusannya, menelponnya tiap saat untuk menanyakan keberadaannya dan juga selalu mencurigainya dengan alasan yang tak masuk akal.

 

 

“ Oppa, aku berusaha menelpon dan mengirimimu pesan tiap 5 menit, tapi kenapa kau bahkan tak mempunyai waktu untuk membalasnya? “.

 

 

“ Jangan biarkan gadis-gadis murahan itu mendekatimu!!! Aku tidak suka itu, kau milikku oppa! “.

 

 

“ Kerumah sakit? Jangan berbohong! Aku tahu jadwal jagamu “.

 

 

“ Pergi dengan YooChun-oppa? Tidak. Sekali aku bilang tidak, itu berarti kau tak boleh pergi, dan artinya, jangan berani melanggarnya “.

 

 

“ Hallo, oppa? Kau ada dimana? “.

 

 

“ Oppa.. oppa.. “.

 

 

Cukup. Tanpa harus berpikir dua kali, YunHo tahu kalau ia harus segera memutuskan Ara dan mengusirnya jauh-jauh dari hidupnya. Ia takut dengan segala batasan dan ke-posesif-an yang dicurahkan gadis itu padanya. Dan hubungan mereka pun hanya bisa bertahan 5 minggu. Ternyata ia salah. Berkencan dengan wanita yang sangat mirip dengan JaeJoong adalah hal gila, tapi berkencan dengan wanita yang tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan JaeJoong pun juga mimpi buruk!

 

 

“ Bahkan Soo Jin jauh lebih baik daripada Ara “, keluh YunHo pada YooChun ketika mereka sama-sama memiliki jadwal jaga dirumah sakit. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan sudah tak banyak lagi hal yang bisa mereka kerjakan selain duduk di sofa dalam ruang tunggu untuk mahasiswa praktek. YooChun hanya bisa terkekeh mendengar keluhan YunHo

 

 

“ Kau juga mencampakkannya, ingat? “, sindir YooChun. “ Kau hanya perlu mencocokkan dirimu dengan pasanganmu, Yun. Kenapa harus mencari yang lebih baik lagi? “.

 

 

YunHo menatap YooChun sekilas, kemudian memusatkan perhatiannya pada cangkir kopi yang tengah dipegangnya. “ Kau mengatakan sesuatu yang benar, Chun “.

 

 

“ Mengenai ‘mencocokkan’ diri? Kau akan kembali pada Ara? “.

 

 

“ Mengenai ‘mencari yang lebih baik’ lagi “, jawab YunHo polos. YooChun menggeleng-gelenggkan kepalanya, heran sendiri mendengarkan keahlian sahabatnya itu beranalisis dalam hal asmara, –dangkal dan terlihat sangat amatir–. Tidak sehebat ketika mereka asyik membicarakan ilmu kedokteran dimana YunHo selalu bisa membuat YooChun kagum dengan kejeniusannya.

 

 

Dan menjadi seorang playboy merupakan hal yang ‘gampang’ bagi seorang Jung YunHo. Ia mungkin tak seberuntung dengan Soo Jin saat memutuskan untuk berpacaran dengan Ara. Perlu setidaknya dua kali tamparan, rentetan caci maki, dan guyuran segelas air dingin ketika YunHo ngotot ingin putus dari Ara, tak perduli seberapa keras gadis itu mencoba mempertahankannya. Sebenarnya wajar saja kalau Ara berang, pemuda yang sekarang menjadi mantan kekasihnya itu dengan begitu gampangnya mengakiri hubungan mereka seolah tak pernah menjalani apapun selama 5 minggu ini.

 

 

Dicap brengsek dan suka mempermainkan hati wanita? Tidak apa-apa. Itu jauh lebih terdengar wajar dibanding menyukai seorang pria, bela YunHo dalam hatinya.

 

 

 

 

*****************************

 

 

 

 

JaeJoong tampak asyik membantu merapikan penampilan si bungsu ChangMin. Malam itu mereka hendak menghadiri undangan makan malam dari salah seorang klien suaminya. Selayaknya umma, ia mepersiapkan semuanya agar putra-putranya tampil sesempurna mungkin. Senyum puasnya mengembang saat melihat hasil kerjanya. ChangMin malam itu tampak sangat tampan sekaligus menggemaskan, karena ia memang masih kecil. Setelah selesai dengan ChangMin, JaeJoong beranjak untuk membantu Siwon yang terlihat sedikit kesulitan memasang dasinya. Telah menjadi sebuah kebiasaan, Siwon langsung sedikit menekuk kakinya agar pandangan mereka dapat sejajar dan isterinya itu bisa lebih mudah membantunya.

 

 

“ Sebaiknya kita berangkat sekarang bila tidak ingin terlambat datang “, ucapan Siwon itu mendapatkan perhatian JaeJoong. Segera saja pria cantik ini membalikkan kepalanya untuk melihat jam dinding yang berada dibelakangnya dan kembali melihat kearah suaminya itu dengan pandangan memohon.

 

 

“ Tak bisakah kita menunggu 5 men.. “.

 

 

Siwon menggelengkan kepalanya. “ Tidak, JaeJoong. Ini sudah menjadi persetujuan kita sejak semula bukan. –Aku, dan juga kau, tak akan melarang apapun yang dilakukan putra-putra kita selama itu wajar dan baik–. Lagipula ini hanya makan malam biasa, kita membawa ChangMin saja pun sudah cukup. Biarkan dia bersenang-senang dengan teman-temannya “.

 

 

 

 

*****************************

 

 

 

 

YunHo meneliti dengan seksama orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Sepatu pantofel yang disemir hingga mengkilat, jas mahal yang membungkus sempurna tubuh penggunanya, rambut yang diatur formal sekaligus memperlihatkan kewibawaan yang kuat, hingga benda-benda bermerek yang menempel maupun ada disekitarnya seperti jam tangan dan juga mobil sport keluaran terbaru. Pria didepannya ini jelas bukan sembarang orang, atau lebih tepatnya, –bukan sembarang pengacara–. Pengacara? Begitulah pengakuan pria yang tiba-tiba saja muncul didepannya ini. Awalnya YunHo tentu saja merasa bingung. Untuk apa seorang pengacara mendatanginya? Dan yang jauh lebih membingungkan lagi, pria paruh baya itu mengaku sebagai pengacara yang mewakili appa-nya.

 

 

Sulit untuk YunHo mempercayai perkataan pengacara itu. Almarhum appa-nya semasa hidupnya hanya seorang kepala bagian disebuah perusahaan yang tidak terlalu besar. Walau tergolong mampu, mereka sekeluarga tidak menerapkan gaya hidup mewah dan berfoya-foya. Tak mungkin appa YunHo mau membayar mahal hanya untuk memakai jasa seorang pengacara.

 

 

“ Maaf sekali lagi tuan. Tapi.. apa kau yakin kau datang bukan untuk Jung YunHo yang lain? “, tanyanya ketika mereka telah menemukan tempat yang cocok untuk bicara. Sebuah restoran keluarga yang ada ditengah-tengah perjalanan pulang antara kampus dan rumahnya. YunHo berusaha mengakhiri pertemuan itu secepat mungkin. Ia sudah terlambat untuk memenuhi janjinya kepada Siwon-appa dan JaeJoong-umma untuk menemani mereka di sebuah jamuan makan malam.

 

 

Pria itu memasang sebuah senyum diwajah ramahnya. “ Tentu tidak, tuan muda YunHo. Saya sudah sejak lama mencari anda dan tuan muda ChangMin. Maafkan saya karena baru bisa sekarang menemui anda “, jelasnya.

 

 

“ Mencari kami? “, YunHo terkejut karena pria itu juga mengetahui tentang adiknya.

 

 

“ Betul sekali. Saya hendak memberikan wasiat yang dipercayakan kepada saya untuk anda berdua sekalian “.

 

 

YunHo mengerutkan dahinya. “ Wasiat? Saya semakin yakin anda salah orang, tuan. Tak ada apapun yang bisa diwasiatkan appa pada saya dan ChangMin. Kami hanya orang-orang biasa dengan kehidupan sederhana “.

 

 

“ ….. “.

 

 

Pengacara itu mengambil tas koper yang ada disebelahnya, kemudian mengambil sebuah map berwarna coklat dan lalu memberikannya pada YunHo yang hanya bisa memandangi map itu dengan bingung. Sang pengacara lalu menginstruksikan YunHo untuk membuka dan membacanya. Dan ia hanya bisa tersenyum maklum saat ekspresi YunHo berubah drastis beberapa menit kemudian. Pemuda itu tampak sangat terkejut dengan apa yang baru saja dibacanya.

 

 

“ Apa anda masih menyangkal bahwa tidak ada apapun yang bisa diberikan almarhum appa anda kepada anak-anaknya? “.

 

 

“ T-tapi ini… tidak mungkin! “, YunHo berulang kali membaca kertas-kertas yang ada dalam map itu. Kedua matanya naik turun dengan cepat membaca satu persatu kalimat yang ada disana. Tidak ada yang salah, baik dengan pengelihatannya, maupun dengan apa yang ada di map itu. Nominal yang luar biasa besar, jumlah kepemilikan yang tak terhitung atas sejumlah properti, barang-barang, saham dan surat-surat kuasa, belum lagi beberapa nama perusahaan-perusahaan terkenal mendunia yang juga tercantum sebagai ‘harta tak bergerak’ dibagian bawah tabel.

 

 

“ Appa tak mungkin memiliki semua ini! “.

 

 

“ Tidak ada yang meragukan kalau beliau memang hanya seorang pegawai kantoran biasa selama hidupnya. Tapi kenyataan lainnya bahwa tuan Jung juga seorang ahli waris dari sebuah keluarga pemilik kerajaan bisnis yang menguasai 1/3 pasar korea dan dunia tak bisa dielak, bukan? Dan kini sebagai ganti beliau, kalianlah sebagai putera-puteranya yang berhak mendapatkannya “.

 

 

Seperti tiba-tiba dibisukan, YunHo tak bisa berkata apa-apa lagi setelahnya. Kalau memang appa-nya berasal dari keluarga sekaya itu, kenapa ia maupun ChangMin tak tahu apa-apa soal ini? Apa almarhum umma-nya juga mengetahui soal ini? dan lagi.. kenapa baru sekarang setelah sang appa sudah meninggal?

 

 

“ Kenapa appa tidak pernah menceritakan soal ini? “, tanya YunHo, lebih ditujukan untuk dirinya sendiri. Jujur saja ini untuk pertama kalinya ia merasa kecewa pada appa-nya karena telah berbohong. Berita ini terlalu mendadak untuknya. YunHo tak siap dengan sebuah kenyataan bak dongeng cinderella yang telah menantinya. Dan sepertinya pengacara tua itu bisa menebak isi kepala YunHo dan lalu memutuskan untuk membantunya memberi penjelasan yang tepat agar pemuda itu tak terlalu merasa shock lagi.

 

 

“ Jangan berpikir seserius itu, tuan muda YunHo. Yang terjadi sesungguhnya tidaklah serumit yang terdengar “.

 

 

“ Maksud anda? “.

 

 

“ Tuan Jung Yun Jin, atau bisa juga bernama Kim Yun Jin, — appa anda — memang seharusnya menjadi pewaris sah seluruh kekayaan milik keluarga Kim. Tapi karena beberapa alasan, beliau menolaknya sehingga kemudian hak itu jatuh ke tangan adik lelakinya. Namun adik beliau juga menolaknya dan malah meminta bantuan saya untuk mengembalikan seluruh hak waris kepada kalian berdua “.

 

 

“ Saya… semakin tidak mengerti maksud tuan. Siapa keluarga Kim? Bukankah appa bermarga Jung? Dan l-lagipula, appa juga pernah mengaku kalau dirinya adalah anak yatim piatu yang sudah tidak memiliki siapapun. Adik lelaki siap yang tuan maksud? “, tanya YunHo beruntun, tak habis pikir dengan betapa banyaknya rahasia yang selama ini berhasil disimpan rapat-rapat oleh almarhum appa-nya.

 

 

“ Jung adalah nama marga ibu kandung tuan muda YunHo. Appa anda menggunakannya juga setelah mereka menikah. Alasan mengapa beliau melepas nama keluarga aslinya, Kim, untuk saat ini juga saya belum mengetahuinya. Mungkin hanya adik beliau, yang tahu “, jelas sang pengacara.

 

 

Adik laki-laki appa?

 

 

Paman-nya?

 

 

Entah mengapa dada YunHo berdetak begitu cepat, bersaing dengan rasa penasaran yang tumbuh pesat pada sosok misterius yang baru pertama kali ini didengarnya..

 

 

 

 

[To Be Continued]

*****************************

19

[FanFiction] Red Bite – Chapter 2

Author :: RottenApril

Genre :: Yaoi, Incest, Angst

Rate :: M

Cast :: Jung YunHo, Kim JaeJoong, Choi SiWon, Shim ChangMin

Pairing :: YunJae, JaeWon

Disclaimer :: Only Own The Plot, The Character Belong To ThemSelves

Warning :: Mature Content! [For Sex Scene And Incest Plot]

Baca lebih lanjut

21

[FanFiction] Red Bite – Chapter 1

Title       :   Red Bite

Author  :   RottenApril

Genre    :   Yaoi, Romance, Incest, Not Angst just lil’ bit hurt

Rate       :   NC21

Cast       :   Jung YunHo, Kim JaeJoong, Choi Siwon, Shim ChangMin

Pairing :   YunJae, JaeWon

P. S        :   Bukti kalau sense of name saia makin lama makin mengkhawatirkan =3= Judul asli FF ini sebenernya adalah “Beast”. Tapi berhubung namanya terlalu sama kayak nama boyband laen dan ujung2nya bisa dikira FF dengan cast mereka, akhirnya ini FF ganti judul lagi jadi “Curse Lines”. Dan… detik-detik menjelang posting, entah kenapa judulnya diganti lagi “Curse of Red”. Namun ( lagi-lagi >X< ) karena dua judul tadi dan beberapa kata yang saia pake kesannya ambigu, FINALLY ini FF ganti judul lagi menjadi “Red Bite”.  Just saying, it’s INCEST FF! I swear, u can’t find vampire, monster, etc. Judulnya menipu? sedikittttt…. =P

 

 

 

 

 

 

 

Ia yang awalnya adalah seorang hewan buas yang merajai malam penuh perburuan.

 

 

YunHo percaya bahwa hidupnya telah digariskan oleh tuhan seperti ini adanya. Dan ia tak memiliki pilihan lain selain menjalaninya dengan kesabaran dan memasrahkan semuanya. Ia sadar tidak ada gunanya melawan atau melakukan hal-hal hebat yang bersifat revolusioner asalkan dirinya dan dongsaengnya dapat bertahan hidup hingga detik ini. YunHo mematahkan taringnya, menutup mata tajam penuh hasrat membunuhnya, semua yang membuatnya ditakuti selama ini.  Yang terpenting ia dapat memberikan tempat tinggal yang hangat dan makanan yang bisa mengenyangkan perut satu-satunya keluarganya yang tersisa itu, bagi YunHo malam-malam perburuan seperti itu sudah tidak terlalu menggodanya lagi. Ia melepaskan jati dirinya sebagai seekor hewan pemangsa demi menjadi seorang appa, umma, dan hyung sekaligus untuk sang dongsaeng, ChangMin.

 

 

Usianya masih 17 tahun ketika tiba-tiba jarum takdirnya mulai berotasi begitu kencang. Sebagai perayaan diterimanya ia disebuah smu terkenal, YunHo dan keluarganya pergi kesebuah resort ski didaerah Namsan. Bersama-sama, mereka melewatkan sebuah liburan yang sangat menyenangkan. Ada appa yang terus menerus mengajak YunHo minum soju bersama, — meski tampaknya pria itu lupa bahwa putranya sebenarnya masih dibawah umur —, umma yang selalu memandang penuh haru dan sayang padanya, serta ChangMin yang tak bosan-bosannya mengeluarkan pernyataan-pernyataan tentang betapa bangganya ia memiliki hyung sehebat dirinya. Sekilas semuanya terkesan bagai mimpi.

 

 

Karena siapa sangka, bahwa kebersamaan itu adalah yang terakhir kalinya untuk mereka.

 

 

Sebuah kecelakaan lalu lintas menghadang langkah YunHo dan keluarganya untuk kembali kerumah kecil penuh keharmonisan milik mereka. Mobil yang dikendarai appa YunHo tergelincir dan masuk kejurang yang curam. Beruntung, YunHo dan dongsaengnya selamat.  Cedera yang didapatnya dan ChangMin tidak terlalu parah. Kakak beradik ini masih bisa pulang ketempat mereka, namun tidak dengan kedua orangtua mereka yang bernasib lebih buruk. Mereka meninggal. Dan yang lebih membuat hati putra-putra mereka terluka, appa dan umma mereka tewas karena saat itu mereka lebih memilih menggunakan tubuh mereka untuk menyelamatkan orang-orang yang dikasihinya, — anak-anak mereka—.

 

 

Sosok yang harusnya mengayomi, melindungi dan mengasihi mereka kini telah menghilang. YunHo terpukul, orang tuanya harus meninggal dengan cara setragis itu. ia kalut dan bingung. Akan jadi apa dirinya dan ChangMin tanpa appa dan umma yang selama ini selalu bersama mereka dalam suka dan duka? Bagaimana ia dan ChangMin bisa bertahan hidup? Kasih sayang, perlindungan, dan materi, —mereka kehilangan itu secara bersamaan—.

 

 

Karena tidak memiliki sanak saudara dan kerabat lainnya, lembaga sosial memasukkan YunHo dan ChangMin ke panti asuhan yang kini menjadi rumah baru mereka. Pihak-pihak yang mengetahui kronologis kecelakaan itu memandang YunHo dan ChangMin dengan pandangan mengasihani. Berjuta-juta kata hiburan dilontarkan oleh mereka, dengan harapan setidaknya rasa peduli mereka dapat sedikit meringankan beban kakak beradik malang ini. Tapi yang mereka tidak ketahui, YunHo sangat membenci sikap mereka ini. Perhatian yang terkesan tulus, namun ia tahu kalau dibalik itu terbersit pula pikiran-pikiran betapa beruntungnya mereka karena tidak harus mengalami hal yang sama dengannya.

 

 

Ia membenci semuanya. Ia benci kepala panti dan orang-orang yang selalu merendahkan dirinya dan ChangMin dengan rasa kasihan yang tidak perlu. Ia benci dengan keadaan ChangMin yang sejak saat itu tidak mampu berbicara karena trauma yang dialaminya. Ia benci dengan dirinya yang tidak mampu berbuat apa-apa baik untuk menghibur ChangMin maupun untuk membungkan mulut orang-orang itu. Dalam sekejap YunHo melemah, — hati dan juga tubuhnya —.

 

 

2 tahun setelahnya, tidak ada perubahan yang terjadi. YunHo dan ChangMin tetap terbelenggu dalam panti asuhan yang mereka anggap sebagai sebuah sangkar emas itu. Beberapa kali tawaran adopsi datang untuk YunHo dan ChangMin, — baik yang ingin mengadopsi keduanya, maupun hanya salah satu dari mereka — . Banyak orang yang terpikat saat pertama kali datang kepanti itu dan melihat mereka. Sepasang kakak beradik rupawan dengan YunHo yang berotak encer, tentu aset menggiurkan yang ingin dimiliki orang-orang yang mengharapkan seorang anak-anak berkualitas. Namun semuanya itu ditolak oleh YunHo.

 

 

Tidak ada orang lain yang bisa menggantikan posisi almarhum kedua orangtua mereka, apapun yang terjadi.  Selamanya.

 

 

Sampai kemudian datanglah sebuah tawaran adopsi yang lain dari biasanya. Sepasang suami isteri, begitu mereka ingin disebut. Agak janggal dan menjijikkan ketika YunHo pertama melihat pasangan itu, karena dihadapannya ia hanya mendapati sepasang pria yang saling merangkul mesra satu sama lain. YunHo berang mengetahui kalau kali ini yang berniat mengadopsi mereka adalah pasangan gay. ia hendak merobek-robek form aplikasi adopsi tepat didepan mata kedua pria itu sampai kemudian YunHo mendengar salah satu dari mereka berbicara kepadanya sebuah fakta yang mengejutkan dan membungkamnya.

 

 

“ Kedua orang tuamu adalah sahabat baik kami, YunHo-ya “.

 

 

Pasangan gay muda itu bernama Choi Siwon dan Kim JaeJoong. YunHo menyebut mereka muda karena ternyata umur mereka terpaut tidak terlalu jauh. Ia bahkan hanya berbeda 6 tahun dengan JaeJoong, pria cantik yang dikenalkan Siwon sebagai isterinya.

 

 

“ Aku tidak tahu apa tujuan kalian, tapi seharusnya kalian pasti sudah mendengar bahwa aku dan adikku hampir-hampir menolak semua permohonan adopsi yang ditujukan untuk kami “, ucap YunHo dingin pada mereka.

 

 

“ Kami mengetahui itu, YunHo-ya. Tapi sampai kapan? Sampai kapan kau akan terus bersikap seperti itu? kalian kehilangan orang tua kalian, sedangkan kami kehilangan sahabat terbaik yang pernah kami miliki. Tentu aku dan JaeJoong tidak sampai hati membiarkan kalian terus membusuk ditempat seperti ini. mau tidak mau, kalian membutuhkan sebuah keluarga. Pikirkan ChangMin, dia masih kecil untuk bertahan seorang diri “, Siwon berusaha membujuk YunHo.

 

 

YunHo bersikukuh tetap tidak ingin diadopsi, tapi hati kecilnya membenarkan perkataan pria itu. ChangMin, dongsaeng kesayangannya yang tahun ini genap berusia 10 tahun. Ia mungkin sudah cukup dewasa untuk menerima kenyataan bahwa hanya YunHo-lah satu-satunya keluarganya yang tersisa, tapi tak cukup dewasa untuk tumbuh dalam tempaan keras dunia sendirian. Panti asuhan ini memang sangkar emas bagi mereka, tapi bila begitu, baik YunHo maupun ChangMin akan segera mati didalamnya.

 

 

Demi ChangMin, akhirnya YunHo memutuskan untuk melunak. Cepat atau lambat mereka memang membutuhkan keluarga yang akan mengembangkan mereka menjadi lebih baik lagi. Terlepas dari fakta bahwa calon ‘orangtua’ baru mereka adalah sepasang pria dengan orientasi seksual yang abnormal, YunHo mencoba bertaruh. Siwon dan JaeJoong sangat senang saat akhirnya YunHo menyetujui pengadopsiannya dan ChangMin, dengan syarat bahwa keduanya tetap akan memakai nama marga mereka sebelumnya, yaitu Jung.

 

 

 

 

*****************************

“ Ini akan menjadi rumah baru kalian. Kuharap kalian menyukainya “.

 

 

JaeJoong dengan bersemangat memberikan tur singkat berkeliling rumah besar itu. tampaknya mereka cukup kaya raya dan berada, batin YunHo ketika melihat sendiri betapa besarnya rumah itu. rumah dengan desain minimalis yang indah, ditunjang dengan pemilihan warna dan furniture-furniture yang juga menarik. Sebuah foto yang tampaknya diambil saat pernikahan Siwon dan JaeJoong diletakkan tepat di dinding ruang tamu.

 

 

Sampai saat ini, YunHo merasa semuanya masih berjalan baik. Dilihatnya ChangMin yang tengah mengobrol searah dengan Siwon, — karena ia masih belum bisa berbicara—. Wajah dongsaeng-nya itu tidak semuram biasanya. Sesekali ia bahkan tertawa mendengar candaan yang dilontarkan Siwon. YunHo tersenyum lega melihatnya. Ekspresinya itu tak luput dari pengamatan JaeJoong.

 

 

” Kalau tersenyum kau mirip sekali dengan appa-mu, YunHo-ya ”.

 

 

Untuk pertama kalinya, mata mereka saling bertemu . Mata JaeJoong yang begitu besar dan bening berkilau indah ketika memandangnya, sembari memancarkan atmosfir rindu dan kesedihan yang dalam. YunHo terpikir kalau mungkin JaeJoong jadi merindukan appa-nya begitu melihat dirinya. Selama ini memang banyak yang berkata bahwa YunHo adalah sosok duplikat sang appa.

 

 

Hanya dalam waktu sebulan, YunHo menghapus anggapan miringnya tentang ide gila pasangan gay yang ingin mengadopsi anak. Tidak buruk, karena ia dan ChangMin sendiri kini tengah mengalaminya. Secara personal, kedua orangtu baru mereka sangat menyenangkan. Siwon adalah seorang pria tampan dan gagah yang memiliki figur seorang ayah sejati. Meski memiliki kesibukan sebagai seorang pengusaha sukses, ia tetap menomersatukan isteri dan anak-anaknya. Pria itu selalu menyempatkan diri sarapan dan makan malam bersama keluarganya sembari menanyakan bagaimana kabar masing-masing anggota keluarga. Sikapnya tegas, ia tidak pernah membeda-bedakan. Bahkan bila YunHo maupun ChangMin berbuat salah, ia tidak segan untuk menegur bahkan kadang memarahi mereka.

 

 

Dan disaat-saat seperti itulah, figur umma lalu sangat berperan penting. JaeJoong adalah sosok ideal untuk itu. mungkin ia memang pria, tapi sisi feminimnya tampaknya mendominasi lebih besar dibanding sisi maskulinnya. Lemah lembut, anggun dan begitu keibuan. YunHo dan ChangMin selalu dimanjakan dengan segala kebaikannya dan juga hasil masakannya yang sangat lezat. Seperti halnya yang selalu dilakukan ibu mereka dulu, JaeJoong melakukan banyak hal bagi putra-putra angkatnya ini. Hal-hal kecil seperti membangunkan mereka dipagi hari dan mempersiapkan kebutuhan sekolah mereka seperti telah menjadi rutinitasnya setiap hari. Kehadiran JaeJoong seakan menjadi oase dalam keluarga kecil itu. Bahkan YunHo sendiri dibuat terkejut melihat betapa cepatnya ChangMin membuka hati pada JaeJoong dengan rajin bermanja-manja pada sosok indah itu.

 

 

Terkadang YunHo sampai merasa lupa bahwa kedua orangtua aslinya telah lama meninggalkan dirinya dan ChangMin karena Siwon dan JaeJoong bisa dengan sempurnanya bersikap persis seperti appa dan umma aslinya.

 

 

“ Woahhh, lihat ini, ChangMin! Lagi-lagi hyung-mu mendapat peringkat satu dikelasnya. Dia hebat sekali kan?! “, Siwon tampak begitu sumringah membaca skript nilai yang diberikan YunHo padanya pagi ini. kegembiraan terlukis jelas diwajah tampannya, — terlihat sekali kalau ia sangat bangga pada putra angkatnya yang satu ini —. ChangMin yang merasa namanya dipanggil segera mendekatkan dirinya pada sang appa, sambil bergelanyut manja ia ikut melihat kertas yang saat ini dipegang ooleh Siwon. Tidak lama ia juga tampak ikut begitu senang sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan antusias, seakan menyetujui perkataan Siwon barusan.

 

 

“ Siwon-appa, kau terlalu berlebihan! “, YunHo merasa kikuk juga dengan sifat appa-nya yang kadang memang terlalu berlebihan itu, walau sebenarnya ia diam-diam senang karena berhasil membuat pria itu senang dengan prestasinya.

 

 

“ Anak umma memang hebat “, JaeJoong tiba-tiba muncul dari arah dapur sambil membawa senampan penuh berisi mangkuk-mangkuk makanan dengan asap yang mengebul tinggi. Sebelum menaruhnya dimeja makan, ia menghampiri YunHo dan mengecup keningnya.

 

 

“ Kau selalu bisa membuat kami bangga padamu, YunHo-ya. Saranghae~~ “, ucapnya lagi membuat senyum YunHo semakin mengembang.

 

 

“ Nado saranghae, umma. Ayo kubantu meletakkan makanan-makanan ini “, YunHo bangkit sambil mengambil alih nampan yang dibawa JaeJoong, membawanya kearah meja makan dimana Siwon masih tak bosan-bosannya melihat hasil nilai YunHo sedangkan ChangMin sudah langsung duduk manis dikursinya begitu mendengar hyungnya itu menyebut kata makanan. Begitulah, satu hari lagi hari-hari damai dan membahagiakan yang dilewati oleh keluarga baru ini. begitu damainya hingga semuanya terasa wajar.

 

 

Siwon-appa dan JaeJoong-umma. Betapa kini YunHo bersyukur telah bertemu mereka. Setidaknya, keputusannya untuk bersikap sedikit ‘jinak’ telah memberikan hasil yang memuaskan. Adiknya kini bahagia dengan keluarga baru mereka, tidur nyenyak dalam selimut yang hangat, dan dapat makan enak dengan kenyang.

 

 

Apalagi? YunHo bahkan tak ingin meminta lebih dari ini.

 

 

Satu setengah tahun kemudian, YunHo lulus dari bangku smu dengan nilai gemilang. Ia memilih ilmu kedokteran sebagai bidang yang dipelajarinya kemudian dibangku universitas. Dalam sekejap kepintaran dan ketampanannya bagai menjadi angin segar diperguruan tinggi tempatnya menempuh pendidikan. Para profesor dan dosen mengaguminya, sedangkan gadis-gadis berebut ingin dekat dengannya.  Hal ini membuat Siwon yang awalnya sedikit kecewa karena berharap YunHo mau meneruskan perusahaannya, berbalik mendukungnya.

 

 

“ Appa, Umma, kalian darimana saja? “, YunHo terheran-heran saat menemukan appa dan umma-nya pulang begitu larut. Terlebih lagi sepertinya umma-nya tidak bersikap seperti biasa ya. JaeJoong malam itu tampak begitu kacau. Ia meracau-racau tidak jelas dengan tubuh yang sempoyongan. Ia hampir jatuh tersungkur ke lantai kalau saja Siwon tidak tepat waktu menarik tubuh kecilnya itu dalam pelukannya.

 

 

“ Umma-mu mabuk, YunHo-ya. Tolong bantu appa. Aku akan membawanya kekamar, tolong kau siapkan air dan lap “, pinta Siwon.

 

 

Tanpa tunggu dua kali, YunHo langsung menuruti perintah appa-nya. Dalam hati ia mempertanyakan kondisi JaeJoong. Selama ini ia hampir tidak pernah melihat umma-nya itu dalam kondisi mabuk, tentu saja hal ini cukup mengejutkannya. Dengan langkah panjang, ia segera sampai dikamar keduanya. Disana JaeJoong sudah dibaringkan, matanya tertutup, tapi ia tetap meracau-racau. Melihat kedatangan YunHo, Siwon tersenyum kecil, kemudian mengambil baki berisi air dan lap yang dibawa YunHo. Dengan telaten, diusapkannya lap yang telah direndam air itu secara perlahan kewajah isterinya.

 

 

“ Appa, ada apa dengan umma? Kenapa ia seperti ini? “, tanya YunHo.

 

 

“ Kau lupa, YunHo-ya? Ini hari peringatan kematian kedua orangtuamu bukan? Kami tadi ziarah kemakam mereka “.

 

 

YunHo terpaku. Ia merasa terpukul mendengar jawaban Siwon. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan hari sepenting ini?

 

 

“ A.. aku bahkan tidak ingat kalau hari ini… “,

 

 

“ Gwenchana, YunHo-ya. Kami memang sengaja tidak mengajakmu dan ChangMin ikut serta karena kami berpikir mungkin hal ini masih terlalu menyakitkan bagi kalian “, Siwon menghentikan kegiatannya untuk memberikan putranya ini sebuah senyuman menenangkan.

 

 

“ Lalu? Kenapa umma sampai… “, YunHo tidak tahan untuk tidak melihat kondisi ummanya. Sosok lembut dan cantik yang biasa dilihatnya kini seakan lenyap, berganti dengan sebuah sosok yang rapuh dan seperti memendam keputusasaan yang tak berdasar.

 

 

“ Jangan khawatir. Seperti yang kami pernah bilang diawal, kalau appa dan umma kandungmu adalah sahabat baik kami berdua. Dan khusus untuk umma-mu, ia menganggap mereka berdua benar-benar sosok yang sangat penting, — melebihi hidupnya sendiri — “.

 

 

YunHo ingin menanyakan lebih tentang hubungan masa lalu antara appa dan umma-nya yang sekarang, dengan appa dan umma kandungnya. Tapi YunHo tahu kalau ia tak boleh bertanya lebih saat melihat guratan luka diwajah Siwon yang masih terus membasuh wajah isterinya sambil sesekali tampak menahan air mata yang berusaha ditahannya. Dan saat sang appa memintanya menggantikannya, YunHo menyadari kalau itulah batas pertahanan Siwon. Mungkin kini ia tengah menangis disuatu sudut entah dimana dirumah besar ini.

 

 

Pemuda tampan berkulit kecoklatan ini menghembuskan nafas panjang, sebelum akhirnya duduk ditepi ranjang. Tangannya sudah memegang lap, namun ia tetap terdiam. Mata musangnya malah betah berlama-lama memandang wajah umma-nya.

 

 

Ia baru menyadari, betapa tuhan mencintai JaeJoong lebih dari makhluk ciptaannya yang lain dengan memberinya kecantikan yang begitu menyilaukan. Parasnya yang rupawan, perpaduan antara kecantikan dan ketampanan yang mampu membuat Siwon-appa-nya bertekuk lutut, — larut akan candu yang memabukkan —. Wajah yang malam itu tampak lebih merona akibat campuran alkohol, bibir merah yang menguncup sempurna, serta rambut hitam legam yang basah karena air dan keringat, mendadak itu semua membuat YunHo begitu penasaran. Ia ingin merasakan sehalus apakah kulit umma-nya itu?

 

 

Jemari YunHo membelai pipi JaeJoong yang terasa kenyal dan lembap. Ia sedikit tak menyangka pria dewasa seperti JaeJoong memiliki kulit sehalus kulit bayi. Tangannya terasa nyaman, seolah-olah menemukan tempatnya diatas permukaan beludru berwarna putih susu itu.

 

 

“ Ngghh… YunHo-ya? “, sentuhan YunHo ternyata mengusik JaeJoong dan membuatnya kembali tersadar. Dengan cepat ia langsung menepis tangannya dari wajah pria itu, sedikit salah tingkah YunHo malah memalingkan wajahnya.

 

 

“ A.. aku diminta appa membasuh umma “, YunHo takut JaeJoong-umma menyangka yang tidak-tidak atas kelancangannya barusan, namun sepertinya itu hanya pikiran berlebihannya. JaeJoong berdiri dari baringannya, lalu bersandar pada tiang ranjang sembari mulai melepas kancing kemejanya satu persatu, —yang kontan membuat mata YunHo makin melebar—.

 

 

“ Kalau begitu, tolong… “, ucapnya lirih. Terdengar begitu menggoda bagi siapa saja yang mendengarnya.

 

 

Dimintai tolong seperti itu, YunHo tak punya pilihan lain selain mengabulkannya. Diraihnya kembali kain lap yang sempat dijatuhkannya, lalu ia mulai membasuh tubuh umma-nya. YunHo menelan ludahnya saat tangannya mendarat dileher jenjang  JaeJoong. Tidak seperti biasanya, kini ia begitu gugup bersentuhan dengan sosok pengganti umma-nya itu. Kain lap yang tipis dan sedikit basah itu tidak membantu sama sekali, karena yang ada kini kulit mereka terasa seperti saling menyentuh satu sama lain. Jantung YunHo mulai berdetak dengan ritme yang tidak konstan, dan perlahan wajahnya terasa panas.

 

 

Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, YunHo lebih dari tahu bahwa perubahaan suhu tubuh dan detak jantungnya yang mendadak seperti itu bukan karena penyakit apapun, melainkan hanya reaksi yang saling berstimulasi karena dorongan perasaannya yang membuncah.

 

 

Perasaan? Perasaan apa? perasaan yang mana?

 

 

Basuhan YunHo turun menuju dada JaeJoong yang kini telah terekspos jelas. Sekali lagi batin YunHo memaki, — lebih tepatnya mengejek dirinya sendiri yang tanpa sadar jadi memikirkan hal-hal tidak pantas —. Tapi bukan salah YunHo bila ia malah jadi berpikiran aneh seperti ini. Dihadapannya tiba-tiba saja terpampang sebuah dada putih bidang mulus yang begitu menggoda, siapa yang tidak akan tergoda? YunHo mengerti sekarang kenapa Siwon begitu terpaku pada isterinya ini. Memiliki pasangan sesempurna ini, untuk apa masih berpaling pada yang lain? Tanpa YunHo sadari, sepasang mata bening juga tengah memandangnya dengan sangat intens. Ia memperhatikan aktifitas yang dilakukan YunHo pada tubuhnya.

 

 

“ Yun..ngghh, dingin “, JaeJoong meringis sangat kain yang basah itu terus menerus melakukan gerakan dibagian tubuhnya yang sama, putingnya. Memang gerakan YunHo begitu lembut, tapi ia tidak tahan dengan rasa dingin itu. YunHo tersentak, buru-buru ia menjauhkan tangan dan lap yang dipegangnya dari tubuh JaeJoong.

 

 

“ M-miahae, umma. Aku tidak bermak… “.

 

 

Saat YunHo mendongakkan kepalanya, mata mereka malah bertumbukkan. Kata-kata seakan hilang diantara keduanya. YunHo menemukan dirinya begitu terhanyut ketika melihat mata besar yang menatapnya dengan sayu tersebut. Dan ketika akhirnya mata itu tertutup, YunHo bahkan tidak menyadari kalau tubuhnya malah refleks mendekat dan membunuh jarak diantara mereka berdua.

 

 

Bibir mereka bertemu. YunHo tidak mempercayai tindakannya sendiri. Mengapa tiba-tiba ia bisa dengan  begitu bodohnya larut oleh suasana dan malah mencium ibu angkatnya ini. bukan di pipi, maupun kening seperti biasanya, melainkan di bibir! Ia ingin menghentikannya, namun tidak bisa. Tubuhnya seakan mengkhianati perintah otaknya.

 

 

Cumbuan itu kemudian meningkat. Yang awalnya hanya sekedar saling menempelkan dan menghisap lembut, berubah menjadi lumatan dan cabikan ganas yang memanaskan mereka. Lenguhan yang keluar dari masing-masing pihak seakan malah menjadi penanda bahwa permainan itu masih terasa kurang. YunHo makin mendempetkan tubuh mereka, ia mencondongkan tubuhnya sendiri hingga membuat tubuh mungil JaeJoong terhimpit diantara tubuhnya dan tiang ranjang.

 

 

Saat YunHo memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka, JaeJoong segera mengalungkan kedua tangannya mengitari leher YunHo. Sebuah decakan, dan kini lidah keduanya bahkan telah saling bergulat. Bunyi lumatan dan tegukkan saliva mengisi ruangan itu, tanpa malu, para pendosa ini terus tanpa henti memainkan hasrat mereka. Bertukar panas tubuh, berlomba menjadi siapa yang memiliki keinginan memiliki paling menggebu.

 

 

Terus dan terus, bagai sebuah kebutuhan yang tidak pernah terpuaskan sampai akhirnya hati kecil YunHo menyentak sang empu-nya dengan hebat dan berhasil menyadarkannya. Dengan kasar dilepasnya ciuman diantara mereka. YunHo dan JaeJoong hanya bisa saling terdiam disela-sela perebutan oksigen yang mengembang-kempiskan katup paru-paru mereka. YunHo hanya bisa menatap umma-nya itu dengan pandangan horor. Ia sama sekali tak bisa mempercayai apa yang baru saja dilakukannya. Entah dorongan setan mana yang tiba-tiba membuatnya menarik sosok ibunya itu kedalam cumbuannya. Seandainya JaeJoong mendorong dan menamparnya, mungkin semuanya akan selesai dan ia hanya akan dianggap gila sesaat. Namun yang terjadi sang umma malah menerima dan balas mencumbunya juga dengan begitu panas, jelas tidak akan berakhir dengan kata-kata ’ini tidak seharusnya terjadi’ saja.

 

 

Salah. Ada yang salah dengan dirinya. Atau mungkin YunHo hanya tidak menyadari bahwa salah satu dari ‘taring’ yang telah dipatahkannya mulai tumbuh kembali?

 

 

 

 

 

 

 

To Be Continued….

*****************************